Hari semakin gelap lantaran tiada sama
sekali sapaan dari matahari meski hari telah pagi. Kegelapan ini karena
mendung tebal menghiasi lengkung langit di Desa Sawo Jajar, sebuah desa yang
terletak di tepi Kota Magelang. Sementara
itu semalam hujan mengguyur wajah desa itu tiada henti. Yang tersisa hanya
udara dingin menyelimuti semua warga dan mengajak mereka untuk tetap di tempat
tidur merangkai mimpi indah.
Namun
Pak Burhan tetap saja bertekad menepis dinginya udara pagi ini, lantaran dia
tahu persis bahwa tugas moral dia sebagai guru SD N I Sawojajar tidak mengenal cuaca. Meski diapun tahu bahwa belum semua
siswanya telah menunggunya di sekolah. Karena sebagian besar dari mereka adalah
anak desa yang tiap pagi harus membantu orang tuanya ke sawah, barulah setelah
itu mereka masuk sekolah. Beruntung saat ini musih hujan, sehingga mereka bisa
lebih awal kesekolah. Yang membuat Pak Burhan menahan duka dan prihatin
mendalam, adalah ketika musim kemarau datang. Anak didiknya baru masuk sekolah
setelah mereka mengangsu air di sendang guna keperluan keluarga masing-masing.
Sering Pak Burhan termenung, untuk mencari jalan keluar terhadap ini semua.
Haruskah dia mengajukan permohonan pindah ke Semarang,
kota tempat
kel;ahirannya.
Jalan
desa yang dilalui kini sungguh mirip dengan kubangan kerbau, sebentar-sebentar
guru muda tersebutpun harus mengendorkan pedal gas saat menemui jala yang becek
dan licin. Namun dia tetap meneruskan
perjalanan yang masih cukup jauh ini dengan perasaan tetap lapang dada. Dari
kejauhan samar tertutup kabut terlihatlah bangunan sekolahnya, yang berdara di
lereng bukit, dikelilingi pohom pinus yang menjulang tinggi.
Seperti
biasanya setiap pagi, Pak Burhanlah yang pertama kali datang di sekolah itu,
maka diapun segera membuka pintu padar sekolah sekuat tenaga, karena banyak
bagian dari pintu itu yang sudah berkarat. Apalagi semalam hujan tiada henti,
semua bagian pintu itu basah. Pak Burhanpun harus mengandalkan tenaga yang
lebihj kuat untuk membukanya. Dengan keringat yang masih membahasaho seluruh
tubuhnya , diapun sendiri merenungi hidup dan segala sesuatu tentang anak
didiknya serta kondisi sekolahnya.
Anganya
kini langsung membangkitkan daya ingatnya beberapa minggu yang lalu, kala dia
menyaksikan siaran figure pemimpin dunia di salah satu stasiun televise swasta.
Pak Burhan ingat betul tentang pengabdian mantan presiden Amerika Bill Clinton
kepada kemanusiaan. “Karena sebuah idealisme yang kokoh, Yayasan Clinton mampu
berkembang pesat membuahkan anak organisasinya hingga 501 organisasi dengan
jumlah staf 1.100 personil dari seluruh dunia. Tahun demi tahun yayasan ini
berkembang hingga kini memiliki perwakilan di
40 negara. Tercatat sudah bahwa sebanyak ratusan juta penduduk dunia
yang berhasil mendapat berkah dari yayasan ini” . Demikian komentar pembawa acara siaran
tersebut yang dia ingat betul.
Pak
Burhanpun langsung membulatkan gagasanya untuk mengajukan surat permohonan bantuan kepada Yayasan Bill
Clinton yang telah banyak memberikan bantuan kepada kaum miskin di Afrika dan
Amerika Latin. Apa salahnya dia mencoba untuk mengajukan surat permohonan bantuan. Maka dengan secarik
kertas yang diketik rapi dan berbahasa Inggris,
Pak Burhanpun mengajukan proposal sederhana meski dengan bahasa Inggris
yang blepotan. Untuk meyakinkan Clinton,
diapun melampirkan beberapa foto yang diambil dari album sekolahanya.
Pak
Burhan segera memasukan surat kedalam
amplop dengan alamat Yayasan Clintin di New York USA,
dan segeralah mel;uncur sepeda motor butut itu ke Kota Magelang untuk
mengeposkan surat
itu. Diapun tahu bila seharian hujan terus, maka bayak temanya yang tidak masuk
mengajar. Apalagi anak anak didiknya,
maka diapun tetap membulatkan tekadnya untuk ke Kota Magelang tersebut.
Kembali
kini Pak Burhan sibuk dengan kegiatan membimbing dan mengasuh anak didiknya
dengan sepenuh hatu di tengah keheningan lereng Gunung Merapi, yang melahirkan
ketentraman hati sang pendidik muda ini. Musim kemarau kini mendera wajah kaki
gunung yang pemarah itu. Semua warga di desa Sawojajar kini menjerit
mendambakan seteguk air guna kehidupan mereka, termasuk pak guru muda ini.
Namun masalah itu menjadi sirna, kala dia larut dengan canda ria anak desa yang
lucu dan lugu.
“Selamat
siang, Pak”
“Salamat
siang, Pak Tarjo, oh ya silakan duduk di kantor “
“Oh
kami tidak lama-lama kok, kami hanya disuruh Pak Lurah untuk mengundang bapak
ke kelurahan “
“
Ada apa, Pak Tarjo “
“Ada
tamu dari Jakarta mencari Pak Burhan, mereka bule bule yang katanya datang dari
Singapura “
Pak
Burhan setengah tidak percaya mendengar perkataan perangkat desa itu, namun
rasa bahagia tak terkira kini terselip di jauh lubuk hatinya, kala membayangkan
surat permohonannya yang sederhana itu disetujui Yayasan Clinton. Segera diapun
menuju ke kelurahan untuk menemuni tamunya itu. Dengan sebuah harapan agar desa
ini menjadi desa yang dipenuhi kehidupan warganya yang tidak terbelit beribu
kesusahan.
“Inilah
yang namanya Pak Burhan, salah satu guru SD di desa kami” Pak lurah segera
mengenalkan dirinya dengan tamu-tamunya, yang segera di sampaikan penerjemahnya.
Semua hadirin termasuk Pak Camat menjadi terkagum dengan perjuangan guru muda
yang idealis ini.
“Baiklah
Pak Burhan, bapak segera mempresentasikan permohonan bapak di depan perwakilan
Yayasan Clinton Cabang Singapura. Bapak berbicara secara pelan, biar kami
terjemahkan”
“Baik
Pak “ Pak Burhan tanpa menunggu komando lebih lanjut dia segera menjelaskan
segala sesuatu yang menjadi kendala kehidupan desa ini, mulai dari jalan desa
yang memprihatinkan, sumber air, bahan ajar sekolah serta mck yang sangat memprihatinkan.
Pak
Burhan kini menjadi guru SD yang bertambah rajin, apalagi anak didiknya
sekarang tidak ada yang terlambat lagi.. Karena kini telah tersedia sumber air
berlimpah, jalan desa yang keras dan
tidak becek lagi, dan tidak ada lagi warga desanya yang buang air di kali/
Kini
dia merasakan Bill Clinton selalu saja ada disampingnya, untuk dijadikan tempat
mengadu segala permasalahan tentang masa depan anak didiknya dan segera
mengulurkan bantuanya apabila dibutuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar