Pagi- pagi benar
Mawar Wulan mengusung gelisah bukan kepalang. Meski lingkungan di
sekitar rumahnya masih tertutup kabut, dia tak memperduikanya. Dengan langkah
kaki yang gesit, dia terus menebas butir
butir air halus yang menghadangnya, menyelusuri jalan beraspal yang ada di depanya dan masih terpagut sepi dan dingin,
namun kaki yang hanya beralas sandal jepit dengan egonya terus saja menggilas aspal yang sudah mulai pongah itu.Entah apa yang
akan dilakukan wanita yang masih lajang di pagi hari itu. Batuk batuk kecil
yang terus saja melekatnya itupun tanpa dia pedulikan.
Tepat di pintu
gerbang rumah Bu RW Mawar mulai melambatkan langkah kakinya, pintu besi yang
sudah berkarat baru saja berhenti berderit. Rumah Bu RW masih lengang dan hanya
sebelah pintunya yang kuno itu sudah terbuka. Terbesit dalam sanubari Mawar
Wulan perasaan canggung dan takut merepotkan Bu RW. Tapi perasaan itu kembali
ditelikung dalam hatinya, kala Bu RW sudah menyambutnya dengan senyum yang
renyah di tengah pintu model jawa kuno itu.
“Ah, maafin
Mawar bu!, pagi pagi sudah merepotkan !”
“Justru aku yang
minta maaf, merepotkan Mba Mawar !”
“Sama sekali
tidak bu !, cuma aku penasaran sejak kemarin sore. Tentang tujuan ibu ibu PKK
ke rumah saya bu !”
“Oh, masalah itu
, Mba Wulan !, iya memang ibu-ibu itu sedang bingung tentang kedatangan Bill
Clinton yang rencananya akan mengunjungi kampung kita “
“Lalu, apa yang
bisa aku bantu, Bu RW ?”
“Maaf !, Mba
Wulan masih kerja di restaurant eropa ?”
“Betul, Bu RW,
mesti ini masalah menu, ya bu !”
“Betul mba!, Pak
lurah menyarankan agar kita menjamu makan siang mantan Presiden Amerika itu !.Mba
Wulan saya pikir tahu betul tentang menu orang Amerika dan Eropa. Maka kami
kemarin datang ke rumah”
“Mesti ibu
bingung menu jamuan tamu besar itu,
iya kan ?”
“Betul mba!, ibu
ibu PKK yang mendapat tugas menyediakan jamuan tamu bule-bule itu menjadi bingung, enaknya menu untuk Clinton
itu apa ?. Apa Hotdog, Piza atau apa?. Menurut Mba Wulan enaknya menua
apa ?”
“Kenapa mesti
bingung-bingung, bu ?. Kala orang besar seperti Bill Clinton itu sudah bosan
dengan hidangan ceremonial seperti itu !”
“Ya, terus
enaknya bagaimana !”
“Kita kan banyak
memiliki menu yang sudah mendunia seperti nasi goreng, sate ayam. Apa salahnya
bu, kita promosikan pada tamu-tamu eksekutif Bill Clinton’s Foundation
nantinya, atau boleh juga kalau kita hidangkan
tiwul, getuk dengan menu snak seperti resoles, kue lapis dan masih
banyak lainnya, iya kan Bu RW ?”
“Ah, masa iya sih mba !, bule-bule doyan menu
seperti itu ?”
“Iya bu !, aku sudah sejak lulus SMA bekerja
di Zona Zero Europe Restouran, kebetulan sekali aku sering menemukan bule-bule
yang minta menu tradisional yang aneh-aneh “
“Aneh-aneh
seperti apa, Mba ?”
“Bayangkan saja
Bu RW!, waktu serombongan wisman Middle Java Reuni dari Jawa Tengah mampir ke
Jakarta dan singgah di restaurant kami, sebagian besar mereka malah memilih
menu tradisional, seperti sayur asam, kelapa muda bahkan ada yang minta dawet. Mereka semua sudah bsan dengan aneka
bakery, Dennis Donuld, Humberger dan....
!”
“Apa iya, mba.
Jangan jangan Bill Clinton juga senang dengan menu seperti itu, ya Mba Mawar ?”
“Bisa saja to,
bu !. Bisa juga dia meniru seperti Presiden Obama yang malah minta bakso dan
nasi goreng dengan lauk krupuk, hehehe…”
“Tapi baiknya
kalau Mba Mawar tidak keberatan, siang ini
kita ke Pos Posyandu, untuk gabung dengan ibu ibu lainya yang rencananya jam 9 siang
ini rembugan masalah persiapan Bill Clinton. Oh, ya Mba !, rencananya juga Bu
Hillary Clinton akan kita ajak ke
Posyandu untuk mengamati kegiatan ibu ibu Dharma Wanita “
Mawar Wulan yang
hari itu memang lagi off hanya menganggukan kepalanya, tapi lain lagi dengan Bu
RW yang hanya bengong saja mendengar kenyataan yang disampaikan oleh sang
maestro lajang itu. “ Masa tamu seperti Bill Clinton dan rombonganya mau menyantap menu
tradisional. Tapi…entahlah”.
***
Mereka siang ini
berkumpul di Posyandu yang tidak
seberapa luasnya, hanya sebuah ruangan yang berukuran 4 x 6 meter. Sebagian
ibu-ibu anggota Dharma Wanita sejak pagi tadi sibuk membersihkan rumput
dihalaman posyandu yang sederhana itu, sebagian lagi menggunakan sapu panjang
membersihkan atap lantai bahkan terdapat beberapa ibu ibu yang dengan cekatan
mengecat tembok yang mulai lusuh dan berdebu.Mereka sebenarnya sama sekali
tidak menduga bahwa kegiatan mereka semua selama dasa warsa ini telah menarik
perhatian staf Bill Clinton’s Foundation yang ada di Indonesia.
Ternyata keterpurukan kita di berbagai sendi kehidupan
telah menarik tokoh pemerhati dunia seperti mantan Presiden Amerika itu, tetapi
hal yang paling menarik perhatian dunia adalah aktifitas mandiri ibu ibu seantero Bumi Nusantara di bidang kesehatan
ibu dan anak, termasuk penimbangan bayi, pencanangan pemberian vitamin kepada anak, Keluarga Berencana dan
lain sebagainya dan salah satu dari ribuan kegiatan mandiri ibu ibu tersebut, ternyata Kelompok Dharma Wanita Kenanga Jakarta Selatan yang dipilih oleh tokoh dunia itu untuk
melihat dari dekat.
Kedatangan Bu Rw
dan maestro menu masakan eropa dan AS itu, sempat membuat semua ibu-ibu yang
bersemangat menjadi menyurut. Semua berhamburan keluar seperti anak ayam yang
menemukan induknya. Semua mengemasi peralatanya untuk gabung dengan diskusi
yang hangat, tawa renyah santai di hari Minggu yang terik itu.
“Ibu ibu !,
sebaiknya hari ini kita tuntaskan saja rencana perjamuan untuk tamu-tamu bule
kita. Selain Bu Lilis yang sudah pengalaman catering masakan eropa, kebetulan
kita
kedatangan tamu
Mba Mawar yang kerja di restauran Eropa. Kita tentukan saja menunya setelah itu
kita bicarakan lainnya”
“Kita tentunya
harus melihat dana kita, iya kan Bu RW ?” seru Bu Dirman yang mendahului
diskusi hangat.
“Tentu saja Bu
Dirman !. Apalagi biaya perjamuan ini kan dari kas kita yang tidak seberapa “
jawab Bu RW.
“Itulah
masalahnya bu !, kita menjamu tokoh dunia dan pejabat lainnya, padahal dana
kita hanya pas-pasan “ Bu Gatot mulai memaparkan kendala yang selama ini
menjadi beban wanita wanita pejuang itu.
“Nanti dulu
ibu-ibu, untuk menjamu Bill Clinton bukan sebagai pejabat negara, tentunya kita tidak usah menghidangkan menu
yang resmi ?”
“Tapi kan rencananya nanti Bill Clinton akan diterima Pak Walikota. Terus bagaimana ini ?. Mba Mawar
?” Bu Handoko tidak mau kalah karena hatinya masih dipenuhi rasa penasaran.
“Bu Handoko !,
Yayasan Bill Clinton itu hanya LSM biasa. Kedatangan beliau juga bukan sebagai
tamu negara!, kalau kita menjamu dengan jamuan yang sederhana, tapi hygeinis, kan
tidak masalah ?”
“Lho…lho..nanti
kalau tamu-tamu itu tidak berkenan, kita yang kena dampaknya “seru Bu Dirman.
“Ini gimana !.
Mba Mawar ?”pendapat Mawar kali ini dibutuhkan sekali oleh Bu RW.
“Begini, ibu-ibu
!. Tujuan Bill Clinton ke posyandu ini kan, karena rasa simpatiknya beliau
dengan kemandirian kita. Kita terbiasa dengan kegiatan yang swadana dan
swakarya. Inilah yang harus kita buktikan ? dan nantinya kalau Yayasan Bill
Clinton merespon positif, kita bakal menerima dana bantuan 250.000 dollar.”
“Huu..besar amat
dananya mba ?” kekaguman BU RW tak sadar terlontarkan lewat bibirnya begitu
saja.
“Wah, bisa untuk
membuat poliklinik kecil-kecilan, kita bisa
tambah maju, ya Bu RW ?” ucapan Bu Samsudin dan Bu RW tadi
menyeringaikan senyum sebagian besar hadirin diskusi itu.
“Lantas, apa
hubunganya dengan menu yang akan kita hidangkan, Mba !” tanya Bu Handoko.
“Inilah yang
akan kami sampaikan pada ibu-ibu ?”seru Mawar Wulan sehingga semua yang hadir
di diskusi siang itu menjadi diam seribu bahasa. Hanya senyum Bu RW saja yang
menyemaraki diskusi maestro maestro amatiran itu.
“Ah…sepertinya
ada yang penting sekali sih Mba Mbawar ?” Bu Handoko adalah salah satu peserta
diskusi yang masih penasaran.
“Ibu ibu jangan
salah paham, aku kebetulan sering bertemu dengan tim yayasan itu di
restauranku. Mereka sama seperti kita, menu untuk makan kadang kadang seperti
kita,
tidak perlu
seperti Piza, Spagheti, Hamburger atau Hotdog atau Dunkey
Donnats. Mereka malah senang sop, ayam bakar atau malah pecel lele, yang
penting bersih dan hyegenis, betul lho bu !”
“Ah, masa iya ?”
jawab Bu Dirman.
“Apa Bill Clinton doyan kue kue buatan kita
sendiri ?” tanya Bu Dibyo
“Tapi kita tidak main-main lho, Mba Mawar ?”
“Ibu ibu waktu
kunjungan Bill Clinton ke Denpasar
beberapa tahun lalu, bagian rumah tangga kepresidenan juga menyediakan
makanan tradisional buatan kita sendiri. Justru makanan seperti itulah yang
banyak dipilih oleh tamu asing”
“Makanan seperti
apa, Mba Mawar ?”
“Ya, cuma
lemper, lumpia dari Semarang, kue lapis, getuk, makanan dari ketan. Lho dalam
even seperti itu kan bisa digunakan untuk promosi makanan asli Indonesia”
“Kok bisa ya Bu,
aku tadinya malah punya pendapat untuk
menjamu Bill Clinton dan stafnya dengan jamuan snak dan makan siang dengan Piza,
Spagheti, Hamburger atau Hotdog atau Dunkey Donnats. Tapi itu
nggak menyinggung tamu tamu kita kan, Mba ?”
“Lho, justru
kita tampilkan kemandirian kita untuk memperbaiki gizi masyarakat. Coba dong
nanti kita paparkan ini semua pada Hillary, pasti dia senang, aku yakin !”
“Tapi siapa yang
ngomong nanti, Bu?”tanya Bu Dibyo.
“Lho Bu Dibyo
kan guru bahasa Inggris SMA, aku minta tolong sama ibu, siap?”pinta Bu RW
“Siap bu !”
“Kalau gitu
nanti kita masakan saja bebek goreng, gimana ?” Bu Hasan mengajukan permintaan.
“Pecel lele saja
!” seru Bu Handoko
“Sayur asam dan sambel !”
seru Bu Samsudin
“Ibu-ibu yang
penting sudah kita sepakati tentang menu makanan tradisional untuk Clinton.
Tentang menunya apa kita sesuaikan dananya saja, gimana ibu-ibu ?” Bu Rw minta
persetuan hadirin.
“Setuju “ jawab
mereka semua serempak
“Terimakasih.
Mba Mawar ?” Bu RW mengulurkan tangan untuk menyalami Mawar Wulan yang
menyambutnya dengan senyuman berseri ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar